Salah satu misteri terbesar biologi telah dipecahkan menggunakan kecerdasan buatan atau yang biasa disebut dengan Artificial Intelligence, demikian diumumkan para ahli.
Bagaimana hal ini terjadi? Dilansir dari teknologi.id ada prediksi bagaimana protein folding menjadi bentuk tiga dimensi yang unik telah membingungkan para ilmuwan selama setengah abad.
DeepMind dan Artificial Intelligence
Lab AI yang berbasis di London, yaitu DeepMind, telah memecahkan sebagian besar masalah tersebut, kata penyelenggara tantangan ilmiah. Pemahaman yang lebih baik tentang bentuk protein dapat memainkan peran penting dalam pengembangan obat baru untuk mengobati penyakit.
Kemajuan oleh DeepMind diharapkan dapat mempercepat penelitian terhadap sejumlah penyakit, termasuk Covid-19. Program mereka yang menentukan bentuk protein, memiliki tingkat akurasi sebanding dengan metode laboratorium mahal.
Dr Andriy Kryshtafovych, dari University of California (UC), salah satu panel juri ilmiah, menggambarkan pencapaian tersebut sebagai “benar-benar luar biasa”.
“Mampu menyelidiki bentuk protein dengan cepat dan akurat berpotensi merevolusi ilmu hayati,” katanya.
Dalam tantangan terakhir, Casp-14, AlphaFold menentukan bentuk sekitar dua pertiga protein dengan akurasi yang sebanding dengan eksperimen laboratorium.
AlphaFold didasarkan pada konsep yang disebut sebagai pembelajaran dalam. Dalam proses ini, struktur protein folding direpresentasikan sebagai grafik spasial. AlphaFold kemudian “belajar” menggunakan informasi tentang bentuk 3-D dari protein yang diketahui dari Database Umum Protein.
Program AI ini dapat melakukannya dalam hitungan hari, sesuatu yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi manusia di laboratorium. Mungkinkah kecerdasan buatan yang saat ini banyak dipergunakan oleh ilmuwan dan programer akan mengikis tenaga kerja manusia di sebuah perusahaan?
Efek Artificial Intelligence
Mengutip pernyataan dari dailysocial.id kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi salah satu konsep yang dinilai akan mendorong efek bola salju pada tren produk teknologi ke depannya. AI pada dasarnya, menurut Richard E. Bellman, merupakan sistem automasi dari proses yang memerlukan pemikiran yang direfleksikan dalam teknologi. Penerapannya dapat terjadi di berbagai sektor dan serangkaian proses bisnis, mulai dari penentuan keputusan hingga pemecahan masalah.
Kumparan Academy membahas mengupas tuntas Aplikasi AI di berbagai industri ini dikupas tuntas dalam kegiatan kumparan Academy pada hari Senin (23/04) di Yogyakarta, bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada (UGM) dan didukung oleh DailySocial.id.
Setelah membawa pembahasan “Deep Learning vs Conventional Machine Learning from Technical Perspective” di Jakarta, kumparan Academy kembali berbagi wawasan yang masih beririsan dengan algoritma deep learning dan machine learning dalam skala yang lebih makro, yakni Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan.
Pemahaman secara umum dijelaskan oleh Dessi Puji Letari, Ph.D sebagai Chief Speech Scientist Prosa.ai—sebuah startup yang mengembangkan teknologi text dan speech recognition. “Salah satu parameter AI adalah komunikasi, sehingga speech recognition menjadi sangat signifikan,” ujar Dessi.
AI di industri dibahas dari sudut pandang praktikal dan teknis oleh Chief Data & Product kumparan Thomas Diong dalam perspektif media, Kepala Lab Sistem Cerdas FMIP UGM dari perspektif bioinformatika, dan Co-Founder Konvergen.ai Lintang Sutawika yang mewakili pengembang produk AI.
Di bidang media, salah satu yang telah diterapkan di kumparan saat ini adalah big data. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang harus dikelola dan diproses sebagai sebuah industri media. Terlebih kumparan juga menerapkan konsep User Generated Content (UGC). “Pondasi big data di kumparan terdiri dari beberapa komponen. Mulai dari sistem untuk tracking, data warehouse, lalu dilanjutkan otomasi proses yang dilakukan oleh algoritma pintar yang diterapkan dalam sistem,” jelas Thomas.
Berbeda dengan bioinformatika yang pada dasarnya gabungan antara ilmu biologi dan informatika. Biologi menyediakan data dan dari informatika memprosesnya. Afi menyatakan, “Bioinformatic data obtained from DNA to Cell Function, terdiri dari DNA Squencer, Animo Acid Squence, Protein, 3D Structure, Protein Function, Protein Function sampai Cell Activity.”
Referensi :
teknologi.id
dailysocial.id
Leave a Reply