• Skip to primary navigation
  • Skip to main content
  • Skip to primary sidebar

Kelas Biologi

Tempat belajar dan sharing tentang Biologi

  • Kabar Biologi
  • Artikel
    • Fisiologi Tumbuhan
    • Biologi Molekuler
    • Biodiversitas
    • Zoologi
    • Botani
    • Mikrobiologi
    • Ekosistem
    • Biologi SMA
  • About
  • Contact

Kabar Biologi

Kebiasaan Buruk yang Bisa Membunuh Metabolisme

November 23, 2021 by admin Leave a Comment

Kebiasaan Buruk yang Bisa Membunuh Metabolisme – “Metabolisme” adalah sistem yang berada didalam tubuh yang berfungsi mengubah kalori menjadi energi. Ada banyak variabel yang bisa berkontribusi pada metabolisme, termasuk faktor keturunan, jenis kelamin, dan usia. Perlambatan metabolisme menyebabkan penumpukan kalori. Begitu metabolisme melambat dan kalori menumpuk, mereka akan secara cepat berubah menjadi lemak, hal yang menyebabkan kenaikan berat badan.

kebiasaan buruk yang bisa membunuh metabolisme

Makan Terlalu Sedikit Kalori

Kebiasaan Buruk seperti memakan terlalu sedikit kalori dapat membuat metabolisme Anda besar. Penurunan berat badan juga akan diikuti oleh kelelahan yang sangat konstan. Ketika Anda mengurangi asupan kalori secara signifikan, tubuh Anda akan merasa kurang lapar dan pembakaran kalori Anda akan berkurang. Minum minuman manis. Minuman bersoda manis tidak baik untuk kesehatan.

Hal ini sangat terkait dengan berbagai penyakit termasuk diabetes dan obesitas. Banyak efek samping dari minuman manis disebabkan oleh fruktosa. Gula meja mengandung zat yang berkisar antara 50% fruktosa, sedangkan sirup jagung fruktosa tinggi juga mengandung zat sebesar 55% fruktosa. Sering mengonsumsi minuman manis dapat memperlambat metabolisme Anda.

Asupan Protein Rendah

Asupan protein yang cukup sangat penting untuk menjaga dan mempertahankan berat badan yang sehat. Selain merasa kenyang, mengonsumsi sebuah makanan yang mengandung protein yang sangat tinggi juga akan secara signifikan dapat meningkatkan kecepatan tubuh yang Anda miliki. Metabolisme yang terjadi setelah pencernaan disebut efek suhu makanan (TEF). Efek panas protein jauh lebih tinggi daripada karbohidrat atau lemak.

Seperti apa Kebiasaan Buruk yang Bisa Membunuh Metabolisme?

Faktanya beberapa studi menunjukkan bahwa makan protein sementara meningkatkan metabolisme sebesar 5-10% dan lemak sebesar 3% atau kurang sebesar 20-30%. Bukti menunjukkan bahwa asupan protein tinggi dapat mengurangi efek ini, meskipun metabolisme dapat melambat selama penurunan berat badan dan melambat selama pengendalian berat badan.

Kurangnya Latihan Kekuatan

Latihan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga metabolisme. Olahraga juga telah terbukti dapat meningkatkan tingkat metabolisme pada tubuh Anda. Ini membangun massa otot dan mengintegrasikan sebagian besar massa bebas lemak di tubuh Anda. Memiliki diet tinggi lemak dapat secara signifikan meningkatkan jumlah kalori yang Anda bakar saat Anda beristirahat. Bahkan sedikit olahraga tampaknya meningkatkan pengeluaran energi.

Terlalu Sering Minum

Jika Anda minum segelas anggur di malam hari, Anda tidak akan mati. Tetapi jika Anda meminumnya setiap malam selama seminggu, itu bisa membunuh metabolisme Anda. Setelah alkohol memasuki sistem Anda, itu memperlambat laju pembakaran lemak tubuh Anda, memperlambat pembakaran lemak dan memperlambat metabolisme Anda.

Jika Anda mencoba dengan keras untuk meningkatkan metabolisme Anda,  juga harusmencoba untuk memakan anggur, karena anggur bisa menyehatkan jantung. Itulah ulasan tentang Kebiasaan Buruk yang bisa membunuh metabolisme. Semoga bermanfaat bagi Anda semua.

Filed Under: Kabar Biologi

Manfaat Puasa Bagi Tubuh Manusia

May 19, 2021 by admin 4 Comments

Manfaat puasa menjadi salah satu hal yang kita cari selama bulan Ramadan kemarin. Disusul kemudian dengan anjuran berpuasa Syawal. Agar ibadah puasa kita lebih khusyu’ dan menambah rasa syukur kita pada Allah karena telah menyempurnakan syariatnya, maka kita perlu tahu manfaat puasa bagi tubuh kita.

Apa itu? Yuk simak selengkapnya di sini.

manfaat puasa bagi tubuh manusia

Manfaat Puasa Secara Umum

Diantara manfaat puasa untuk kesehatan secara umum bisa dirumuskan sebagai berikut :

1. Detoksifikasi tubuh

Hayoo siapa yang tidak merasa saat berpuasa tubuh menjadi lebih segar? Berarti kesehatan teman Bio perlu dicek lagi nih kalau berpuasa justru tubuh tidak mendapatkan manfaat berupa detoksifikasi.

Karena pada dasarnya puasa itu seperti reset ulang organ-organ penting yang setiap hari bekerja untuk tubuh kita.

2. Memperkuat Sistem Kekebalan Tubuh

“Pada dasarnya proses puasa adalah proses mengistirahatkan organ terutama organ pencernaan dan regenerasi sel yang dapat meningkatkan imunitas tubuh. Hal tersebut penting untuk pertahanan tubuh terhadap berbagai jenis virus atau kuman penyakit.” – dr Hj Vivien Maryam Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Primaya Hospital (sebelumnya RS Awal Bros) Tangerang.

Jadi ketika berpuasa, kita dilarang makan dan minum selama kurang lebih 13 jam. Selama kurun waktu tersebut, sistem pencernaan diistirahatkan dan sel-sel tubuh mengalami regenerasi.

Saat berpuasa, sistem pencernaan yang sebelumnya bekerja terus-menerus selama 11 bulan akan beristirahat. Pada waktu istirahat tersebut, sel-sel tubuh akan memperbaiki diri. Pada saat berpuasa, hematopoietik (proses pembentukan komponen sel darah) akan bekerja dengan cara mengeluarkan sel-sel imunitas tubuh lebih baik seperti sel limfosit T dan sel limfosit B untuk pertahanan tubuh. Sel limfosit T dan sel limfosit B tersebut dapat menghasilkan antibodi untuk melawan berbagai virus atau kuman yang masuk.

Hanya saja hal yang penting adalah jaga imunitas tubuh dengan cara makan bernutrisi tinggi, banyak minum, dan istirahat yang cukup. Asupan gizi selama puasa juga harus seimbang.

3. Mengontrol Gula Darah

Wah justru saat berpuasa gula darah kita terkontrol ya? Iya dong. Oleh karena itu setiap kita akan cek gula darah disarankan untuk berpuasa terlebih dahulu. Bagaimana mekanismenya?

Dikutip dari Halodoc saat berpuasa, seseorang tidak makan dan minum selama hampir 13 hingga 14 jam, yaitu mulai dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari. Agar bisa tetap bertahan, tubuh akan menggunakan gula yang disimpan di dalam hati dan otot untuk menghasilkan energi selama berpuasa. Itulah mengapa saat berpuasa, kadar glikogen dan glukosa dalam tubuh akan mengalami penurunan yang memicu tubuh menjadi lemas, dan kepala terasa pusing.

Namun, melalui cadangan energi yang berasal dari gula tersebut, tubuh mampu bertahan tanpa asupan makanan dan minuman selama sekitar 8 hingga 10 jam. Bila cadangan energi tersebut sudah habis, tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi berikutnya. Nah, pembakaran lemak inilah yang akan membuat berat badan berkurang.

Melalui pengurangan atau menjaga berat badan, kadar gula dalam darah pun bisa dikendalikan. Itulah mengapa puasa yang dilakukan secara teratur bisa memberi dampak baik bagi pengidap diabetes. Tidak hanya itu, puasa secara teratur juga dipercaya dapat mengurangi risiko resistensi insulin yang menjadi pemicu penyakit diabetes. Meski begitu, hal ini masih memerlukan penelitian lebih menyeluruh.

4. Mengurangi Peradangan

Saat sistem imun tengah melawan infeksi, peradangan pada tubuh merupakan hal yang wajar. Tetapi, selain tidak terasa nyaman, peradangan yang terus berlanjut justru akan berujung pada penyakit lain, seperti diabetes atau penyakit jantung. Untungnya, puasa juga dapat mengurangi radang pada tubuh.

Selain adanya regenerasi sel yang menyebabkan hal tersebut, juga adanya detoksifikasi tubuh yang akan bermanfaat untuk mengurangi peradangan tersebut.

5. Dapat Meningkatkan Kesehatan Jantung

Faktor risiko yang paling banyak dihubungkan dengan kejadian penyakit jantung koroner dan stroke adalah kadar lemak dalam darah, faktor koagulasi dan pembekuan darah, tekanan darah tinggi, dan kebiasaan merokok. Kadar lemak darah dipengaruhi oleh perubahan pola makan dan jenis makanan, konsumsi gula olahan, dan aktivitas fisik. Puasa di bulan Ramadan dapat memengaruhi berbagai faktor risiko di atas.

Dilansir dari laman halodoc, puasa Ramadan aman untuk dilakukan orang dengan penyakit jantung. Asalkan penyakit yang diidapnya terkontrol dan tidak dalam kondisi akut. Makan secukupnya saja dan tidak melakukan “balas dendam” saat berbuka akan membantu meringankan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Puasa Ramadan juga dapat menurunkan risiko serangan penyakit jantung selama 10 tahun selanjutnya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa puasa memberikan efek positif terhadap kesehatan jantung.

6. Meningkatkan Fungsi Otak

Bagaimana bisa berpuasa dapat memengaruhi fungsi otak? Perubahan sumber energi untuk otak selama puasa, ternyata meningkatkan fungsi otak dalam menghantarkan sinyal-sinyal tertentu. Hal ini dibuktikan dengan dilepaskannya lemak sebagai keton ke dalam darah untuk energi. Selain itu, puasa yang dikombinasikan dengan olahraga juga menunjukkan manfaat yang baik untuk otak.

Bagaimana? Jalan-jalan lebaran ini masih kuat kan untuk puasa Syawal? Yuk, jemput pahala dan manfaat dari puasa!

Filed Under: Kabar Biologi

Artificial Intelligence Menjawab Salah Satu Tantangan Terbesar Biologi

February 17, 2021 by admin Leave a Comment

Salah satu misteri terbesar biologi telah dipecahkan menggunakan kecerdasan buatan atau yang biasa disebut dengan Artificial Intelligence, demikian diumumkan para ahli.

Bagaimana hal ini terjadi? Dilansir dari teknologi.id ada prediksi bagaimana protein folding menjadi bentuk tiga dimensi yang unik telah membingungkan para ilmuwan selama setengah abad.

DeepMind dan Artificial Intelligence

Lab AI yang berbasis di London, yaitu DeepMind, telah memecahkan sebagian besar masalah tersebut, kata penyelenggara tantangan ilmiah. Pemahaman yang lebih baik tentang bentuk protein dapat memainkan peran penting dalam pengembangan obat baru untuk mengobati penyakit.

Kemajuan oleh DeepMind diharapkan dapat mempercepat penelitian terhadap sejumlah penyakit, termasuk Covid-19. Program mereka yang menentukan bentuk protein, memiliki tingkat akurasi sebanding dengan metode laboratorium mahal.

Dr Andriy Kryshtafovych, dari University of California (UC), salah satu panel juri ilmiah, menggambarkan pencapaian tersebut sebagai “benar-benar luar biasa”.

“Mampu menyelidiki bentuk protein dengan cepat dan akurat berpotensi merevolusi ilmu hayati,” katanya.

Dalam tantangan terakhir, Casp-14, AlphaFold menentukan bentuk sekitar dua pertiga protein dengan akurasi yang sebanding dengan eksperimen laboratorium.

AlphaFold didasarkan pada konsep yang disebut sebagai pembelajaran dalam. Dalam proses ini, struktur protein folding direpresentasikan sebagai grafik spasial. AlphaFold kemudian “belajar” menggunakan informasi tentang bentuk 3-D dari protein yang diketahui dari Database Umum Protein.

Program AI ini dapat melakukannya dalam hitungan hari, sesuatu yang mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun bagi manusia di laboratorium. Mungkinkah kecerdasan buatan yang saat ini banyak dipergunakan oleh ilmuwan dan programer akan mengikis tenaga kerja manusia di sebuah perusahaan?

Efek Artificial Intelligence

Mengutip pernyataan dari dailysocial.id kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) menjadi salah satu konsep yang dinilai akan mendorong efek bola salju pada tren produk teknologi ke depannya. AI pada dasarnya, menurut Richard E. Bellman, merupakan sistem automasi dari proses yang memerlukan pemikiran yang direfleksikan dalam teknologi. Penerapannya dapat terjadi di berbagai sektor dan serangkaian proses bisnis, mulai dari penentuan keputusan hingga pemecahan masalah.

Kumparan Academy membahas mengupas tuntas Aplikasi AI di berbagai industri ini dikupas tuntas dalam kegiatan kumparan Academy pada hari Senin (23/04) di Yogyakarta, bekerja sama dengan Departemen Ilmu Komputer dan Elektronika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gajah Mada (UGM) dan didukung oleh DailySocial.id.

Setelah membawa pembahasan “Deep Learning vs Conventional Machine Learning from Technical Perspective” di Jakarta, kumparan Academy kembali berbagi wawasan yang masih beririsan dengan algoritma deep learning dan machine learning dalam skala yang lebih makro, yakni Artificial Intelligence (AI) atau Kecerdasan Buatan.

Pemahaman secara umum dijelaskan oleh Dessi Puji Letari, Ph.D sebagai Chief Speech Scientist Prosa.ai—sebuah startup yang mengembangkan teknologi text dan speech recognition. “Salah satu parameter AI adalah komunikasi, sehingga speech recognition menjadi sangat signifikan,” ujar Dessi.

AI di industri dibahas dari sudut pandang praktikal dan teknis oleh Chief Data & Product kumparan Thomas Diong dalam perspektif media, Kepala Lab Sistem Cerdas FMIP UGM dari perspektif bioinformatika, dan Co-Founder Konvergen.ai Lintang Sutawika yang mewakili pengembang produk AI.

Di bidang media, salah satu yang telah diterapkan di kumparan saat ini adalah big data. Hal ini dikarenakan banyaknya informasi yang harus dikelola dan diproses sebagai sebuah industri media. Terlebih kumparan juga menerapkan konsep User Generated Content (UGC). “Pondasi big data di kumparan terdiri dari beberapa komponen. Mulai dari sistem untuk tracking, data warehouse, lalu dilanjutkan otomasi proses yang dilakukan oleh algoritma pintar yang diterapkan dalam sistem,” jelas Thomas.

Berbeda dengan bioinformatika yang pada dasarnya gabungan antara ilmu biologi dan informatika. Biologi menyediakan data dan dari informatika memprosesnya. Afi menyatakan, “Bioinformatic data obtained from DNA to Cell Function, terdiri dari DNA Squencer, Animo Acid Squence, Protein, 3D Structure, Protein Function, Protein Function sampai Cell Activity.”

 

Referensi :

teknologi.id

dailysocial.id

 

Filed Under: Kabar Biologi

Kandidat Vaksin RNA. Mana yang Lebih Akurat?

November 22, 2020 by admin 4 Comments

Banyak orang sudah menantikan vaksin RNA agar kehidupan kembali berjalan dengan “normal”. Meskipun sebenarnya banyak juga yang sudah mengembalikan secara paksa kehidupannya dalam kondisi normal sebelum pandemi datang.

Sejak Maret 2020 lalu, kita sudah menghadapi serbuan virus yang menyebabkan banyak tatanan di dunia ini berubah. Seketika banyak aktivitas yang akhirnya menjadi kebiasaan baru entah sampai kapan. Bahkan saya sendiri sudah merasakan nyamannya kerja dari rumah, memberi penyuluhan dari rumah, belajar dari rumah, dan segala hal yang dilakukan dari dalam rumah. Nampaknya kebiasaan tersebut sudah terbentuk.

Namun banyak pula yang menantikan akan adanya vaksin yang dapat mengembalikan kehidupan mereka agar normal kembali. Sekolah bertatap muka, menghirup udara dengan bebas tanpa dibatasi oleh kain tipis, berkumpul bersama banyak teman tanpa khawatir, dan lain sebagainya.

Darimanakah Kandidatnya?

Berdasarkan info dari @generasibiologi Indonesia, saat ini sudah ada kandidat vaksin untuk Covid-19.

Kandidat vaksin RNA dari Pfizer dan BioNTech ini sudah melakukan uji klinis tahap ke-3. Hasilnya sebanyak 90% dari 43.538 orang berhasil tidak terinfeksi Covid-19.

Sementara kandidat vaksin dari Moderna berhasil uji klinis tahap 3 dengan efisiensi 94,5% dari 30.000 orang yang diuji.

Dari hasil uji klinis semua vaksin RNA tersebut sangat menjanjikan.

Bagaimana mekanismenya?

Mekanisme Vaksin RNA

Berikut bagaimana vaksin RNA dapat mengatasi serangan virus Covid-19

desain vaksin RNA
Source : Generasi Biologi Indonesia

Informasi genetik yang dibawa virus yang meliputi S’Cap, S’UTR, Virus antigen, dan beberapa protein lain akan dikemas dalam bentuk Lipid-Nano-Particulate (LNP). RNA yang sudah dikemas inilah yang akan diujikan secara klinis.

injeksi vaksin
source : Generasi Biologi Indonesia

Lalu vaksin mRNA yang berisi kode spike SARS-Cov-2 diinjeksikan secara intramuskular. Yaitu injeksi ke dalam otot tubuh. Injeksi ini  diabsorbsi lebih cepat daripada injeksi subkutaneus karena suplai darah yang lebih besar ke otot tubuh. Sehingga vaksin akan lebih cepat tersebar melalui peredaran darah.

mekanisme vaksin
source : Generasi Biologi Indonesia

Lalu setelah disuntikkan ke dalam otot, vaksin akan masuk ke dalam sel. Di dalam sel akan terjadi endositosis vaksin mRNA yang akan ditranslasikan dan menjadi protein antigen.

Antigen ini ada yang didegradasi oleh proteasom dan menjadi epitop antigen. Namun ada pula antigen yang juga disekresikan ke luar sel. Sementara epitop antigen dikirimkan ke RE dan ditempelkan ke MHCI.

Melalui badan golgi, kompleks MHCI-Epitop ini akan dibawa ke permukaan sel.

antigen 2
Source : Generasi Biologi Indonesia

Belum berhenti di situ ya. Masih ingat dengan endositosis yang disekresikan oleh sel sebelumnya? Nah, ini akan dibawa oleh endosom lalu ke lisosom. Antigen di dalamnya akan didegradasi dan diarahkan ke jalur MHC II.

Ingat ya ada dua jalur, MHCI dan MHC II. Keduanya bertujuan untuk induksi antigen spesifik dengan jenis yang berbeda. Lalu harapannya akan terjadi respon imunitas dalam tubuh.

Nah, apakah temanbio sudah siap mencoba teknologi vaksin RNA?

Sambil menunggu vaksin  RNA mana yang bisa diinjeksikan secara menyeluruh kepada masyarakat, khususnya Indonesia, tanpa efek samping dan bahaya apapun. Yuk berdoa agar pandemi segera berakhir.

Filed Under: Kabar Biologi

  • « Go to Previous Page
  • Go to page 1
  • Go to page 2

Primary Sidebar

Recent Posts

  • Apa Itu Gametogenesis? Yuk Simak Penjelasannya Di Sini
  • Cara Mengatur Jadwal Makan yang Baik untuk Badan Sehat Segar Bugar
  • Pembelahan Sel Meiosis, Bagaimana Tahapannya?

Recent Comments

  • Lithaetr on Bersama Zenius Education, Belajar Biologi Jadi Menyenangkan
  • Mutia Karamoy on Bersama Zenius Education, Belajar Biologi Jadi Menyenangkan
  • Lia Yuliani on Bersama Zenius Education, Belajar Biologi Jadi Menyenangkan
  • Mutia on Bersama Zenius Education, Belajar Biologi Jadi Menyenangkan
  • Kata Nieke on Bersama Zenius Education, Belajar Biologi Jadi Menyenangkan

Archives

  • June 2023
  • December 2022
  • November 2022
  • August 2022
  • June 2022
  • March 2022
  • February 2022
  • January 2022
  • November 2021
  • September 2021
  • August 2021
  • July 2021
  • May 2021
  • April 2021
  • March 2021
  • February 2021
  • January 2021
  • December 2020
  • November 2020

Categories

  • Biologi Molekuler
  • Biologi SMA
  • Ekosistem
  • Fisiologi Tumbuhan
  • Kabar Biologi
  • Tips Bio
  • Uncategorized

Copyright KelasBiologi© 2025